Sabtu, 14 April 2012

Seruling

Mengalun di desa yang sunyi, Bersama sang bayu yang berdesah.., Mengalir indah bagaikan riak-riak kehidupan, Suara seruling itu bertegur sapa, Halus...., Lirih....., Menggema...., Suara seruling itu, bertutur tentang sejarah, tentang rakyat jelata, tentang petani, tentang pengembara, tentang para senopati, dan juga berkisah tentang raja-raja. Ia merajut kelembutan Suara seruling bambu yang merdu, berjabat rasa......., berjabat kalbu. Walau dia hanyalah bambu kecil, Tapi dia mendegupkan jantung pendengarnya, Dia membuat kita manja, Dia membuat kita lega, dia punya makna............., Ketika untaian nada-nada yang tersusun dirangkai para pujangga, Suara seruling itu bagai suara seorang guru anindita, Lagumu mengalunkan cinta para Pembina kepada adik-didiknya. Memberi pelajaran kehalusan budi, Mengajarkan kecintaan terhadap sesama, Mengajarkan cinta alam dan semesta isinya, Biarkan ia terkadang bersuara sendu, ia ingin menyuarakan tembang rakyat, yang tertindas, menyampaikan pesan kepada pejabat, kepada narpati, Karena besuk pagi ia akan menyuarakan semangat rakyat, Karena besuk pagi ia mendendangkan suara gembira, Menyemangati orang-orang miskin untuk bergiat mengolah sumberdaya, Karena para penindas akan engkau sadarkan, Karena para pejabat akan engkau tanamkan rasa cinta kasih. Seruling, biarlah engkau tetap menjadi seruling, Karena engkau bukan hanya bambu biasa, tapi kamu buluh perindu, Karena kamu penerus budaya terindah bangsaku. Karena engkau akan menyuarakan kasih sayang sepanjang masa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar